06 Juli 2011

DECEMBER 26TH (Chapter 3/Part 2)

“ Syukurlah kau sudah sadar, Ron!”
“ Bibi? Ini dimana?”
Bibi Rosetta melepaskan pelukannya dariku. Ia mengusap kedua matanya dan kemudian tersenyum. Ia menepuk pundakku dan berkata, “ Kau sekarang dirumah sakit, Ron. Edward yang membawamu kesini dan menghubungiku. Katanya kau terluka karena perkelahian dengan temanmu, tapi untunglah sekarang kau tidak apa-apa.”
Aku menunduk lesu. Kukira ini semua hanyalah mimpi, tapi kenyataannya tidak sama sekali. Masih terbaring di kasur, aku pun meremas selimut yang menutupi tubuhku ini. Entah kenapa, aku sama sekali tidak merasa senang karena tidak bisa membunuh preman sekolah yang sangat kubenci. Daridulu aku sudah membenci Matt. Ia selalu menggangguku sejak aku duduk di bangku SMP. Entah apa yang dia inginkan dariku sehingga aku selalu menjadi korbannya. Rencanaku saat itu juga terhalangi oleh burung gagak itu. Ia datang secara tiba-tiba dihadapanku dan membuat Matt kabur dari genggamanku. Sungguh, aku jadi membenci keduanya.
“ Apa yang kau lamunkan, Ron?”
“ Eh!” refleks, aku terkejut. Bibi melambaikan tangannya tepat di depan mukaku. Aku berusaha tersenyum padanya agar ia tidak terlalu khawatir kepadaku. Tak lama kemudian, ia berpamitan pergi untuk melanjutkan pekerjannya di kantor. Aku mengangguk dan mempersilahkannya pergi dari ruangan ini. Ia pun beranjak dari tempat duduknya, membuka pintu ruangan, dan menutupnya kembali. Sebelumnya, ia sudah berjanji untuk menjemputku di saat sore. Aku menghela nafas, lega sekali rasanya bila bisa sendirian di ruangan ini. Akhirnya, aku pun dapat  tertidur tanpa gangguan dari siapa pun di ruangan ini.
“ Aku akan selalu mengikutimu, Ron.”
Aku terkejut dan terbangun. Untuk kedua kalinya suara wanita itu terdengar jelas di telingaku. Aku pun terduduk di kasur dan berusaha mencari asal sumber suara itu. Kupandangi tiap-tiap tempat yang ada di ruangan ini, tapi hasilnya sama sekali tidak ada.
“ Siapa kau? Tunjukkan dirimu! Jika tidak, aku akan menghabisimu.” perintahku penuh emosi.
“ Aku selalu ada disisimu.”
“ Jangan gila! Jawab dulu pertanyaanku dan tunjukkan siapa kau sebenarnya! Cepat, beritahu aku!”
Hening. Keringat dingin perlahan-lahan mengalir melewati pelipisku. Aku terus mencari asal sumber suara wanita itu berada, tapi hasilnya tetap sama. Tidak sabar untuk menunggunya, kupijakkan kaki kananku ke lantai––ada sesuatu dari belakang yang merangkul leherku––dan rupanya itu merupakan lengan seseorang. Badanku refleks tertarik ke belakang dan leherku ikut tercekik. Aku meronta, sakit sekali rasanya saat dicekik seperti ini. “ Tenanganya kuat sekali,” pikirku. Aku berusaha mencakar lengannya dan berteriak untuk meminta tolong––tapi, aku tidak bisa dan nafasku seperti terputus. Si pemilik lengan itu tertawa. Ia sedikit menundukkan kepalanya  tepat di samping kepalaku. Tangan sebelahnya ia gunakan untuk mengusap wajahku.
“ Ini perintahmu, karena kau ingin aku menunjukkan siapa diriku! Iya, kan, Ron!”
Sakit sekali rasanya saat ia berteriak tepat di depan telingaku. Apa dia tidak pernah diajar bagaimana cara bicara yang baik dan benar agar telinga si pendengar tidak merasa kesakitan? Padahal dia hanyalah seorang wanita, tapi kenapa tenanganya bisa sekuat ini?
“ S-siapa kau sebenarnya..?”
“ Namaku Azura. Senang bisa bertemu denganmu dalam wujudku seperti ini.”
“ W-wujud? Wujud apa.. maksudmu?” tanyaku sedikit terputus.
“ Jadi selama ini kau tidak menyadarinya? Aku kecewa padamu, Ron.”
Ia memperkuat tenaganya dan itu membuat leherku semakin terasa sakit. Aku hanya bisa menutup mata sekarang––berusaha menahan rasa sakit yang kurasakan saat ini. Bekas goresan  yang dilakukan Matt tadi siang pada leherku terasa sangat perih akibat tekanan lengannya. Walaupun sekarang kepalanya tepat disampingku, tapi aku tidak dapat melihat dengan jelas seperti apa wajahnya. Hanya aroma tubuhnya dan rambut hitam yang panjang nan lembut itulah yang dapat kulihat dan kurasakan. Entah apa yang ia lakukan saat ini, sepertinya ia sedang mencium pipiku dan tangan sebelahnya tetap digunakannya untuk mengusap wajahku. Geli sekali rasanya saat nafasnya mengenai kulitku.
“ Hahaha, aku kasihan padamu, Ron. Nasibmu malang sekali hari ini, tapi walau begitu aku tetap menyukaimu.”
“ B-bodoh, aku sangat membencimu!”
Rangkulan lengannya perlahan-lahan merenggang. Inilah saatnya untuk bebas dan membalas perbuatannya. Aku melepaskan diri darinya dan langsung melemparkan sebuah selimut ke arahnya. Saat selimut itu terlempar, tiba-tiba saja ia menghilang. Aku kesal, di saat aku ingin membalas sesuatu pasti ada saja halangannya. Aku berteriak frustasi––bahkan meremas rambutku. Ingin sekali aku membunuhnya jika aku bertemu dengannya sekali lagi.
“ Bodoh! Bodoh! Bodoh!”
“ Kau kenapa, Ron?”
Tiba-tiba saja suara seseorang kembali mengejutkanku untuk yang kedua kalinya––namun, suara ini berbeda dari suara sebelumnya. Suaranya sangat lembut dan tidak asing di telingaku. Otakku bekerja dan kepalaku langsung berputar untuk mencari asal sumber suara itu. Rupanya itu adalah suara tetanggaku––Aria. Ia sudah berada di dalam ruanganku terlebih dahulu. Aku sedikit terkejut saat melihatnya berdiri di depan pintu. Sedikit kuperhatikan wajahnya dari samping dan terlihat jelas ekspresi khawatir yang tergambar di wajahnya.
“ Kenapa kau tidak mengetuk pintu dulu?” tanyaku kesal padanya.
“ Maaf, tadi aku sudah mengetuknya lebih dari dua kali, tapi tidak ada respon darimu. Karena khawatir, aku langsung saja memasuki ruanganmu. Maafkan aku.”
Aku terdiam. Dugaanku tidak salah. Ia memang khawatir kepadaku, tapi bukan seharusnya dialah yang merasa bersalah––melainkan diriku. Aku sama sekali tidak mendengar ketukannya dan tetap fokus kepada wanita yang bernama Azura. Mungkin karena kedatangannya-lah Azura menghilang. Saat ia ingin menyentuh leherku, tanpa sengaja kutepis tangannya dan  membuatnya sedikit kehilangan keseimbangan. Kulihat tangannya  sedikit bergetar dan wajahnya mulai memucat. Ia seperti ingin menangis.
“ Kenapa kau-..”
“ Sebenarnya aku hanya penasaran pada lehermu yang terlihat sangat memerah. Maafkan aku.”
Kalimatku terputus oleh kalimatnya. Suaranya sedikit bergetar dan parau. Aku sedikit menundukkan kepalaku, memandangnya, dan kulihat ia mulai mengeluarkan air matanya––namun, ia berusaha menahannya dengan kedua tangannya karena ia tahu bahwa sekarang aku jelas-jelas  memperhatikannya.
“ Maaf, tadi aku tanpa sadar-..”
“ Sudahlah..”
Ia lari dari hadapanku. Pergi meninggalkan ruanganku. Aku berteriak memanggilnya dan berusaha untuk menarik tangannya––tapi, hal itu sia-sia. Tiba-tiba saja muncul rasa sakit pada perutku ini. Sepertinya ini adalah efek dari tendangan yang dilakukan Matt. Aku mendengus kesal karena tidak bisa menghentikan Aria. Ingin sekali kukejar dirinya––namun apa daya bagiku sekarang. Kurasa ia sudah membenciku atas perlakuanku padanya barusan.

8 komentar:

  1. maaf nih, sblum'a..
    kata"a masih terlalu kaku..

    trus membuat orang jd penasaran krn di bbrapa chapter berhenti di tengah jalan..(_-_)

    story line udah bagus, nggk membingungkan..
    wlwpun deskripsi tokoh'a masih ada bbrpa yg kurang..
    cth: siapa azura sbnr'a? dmna sarang azura? knpa azura bisa hidup?

    hahahahaha..

    BalasHapus
  2. makasih banyak atas komennya XD
    jadi tertolong nah
    hihihihi, kns memang mesti banyak belajar. kns sadari itu emg msih terlalu kaku.

    hehehe, sengaja aja buat orang penasaran.

    klw azura emg masih belum kns jelaskan yang sebenarnya. dia akan muncul lagi di chapter2 berikutnya dan akan dijelaskan lebih rinci disana.
    makasih banyak komennya yg membangun!
    hahahahaha :))

    BalasHapus
  3. eh,, padahal tadi baloon "abaikan komen ini" di komen 2 dan 3 krn utk candaan doank...
    XD XD

    hahaha..

    BalasHapus
  4. maksud'a td nulis(baca: ngetik) "abaikan komen ini" di komen 2 dan 3 pake tanda panah kiri-kanan, tapi nggk muncul..

    BalasHapus
  5. Ditunggu update-an'a...
    :D

    hihihi...

    BalasHapus
  6. kakkoi! XD
    aku suka jalan ceritanya! dan penyampaian Khansa kepada pembaca itu sungguh AWESOME!!! XD
    oke lanjut yaa saa~

    BalasHapus
  7. Kid92 : oke, sabar aja ya :D

    Ryoko : hehehehe, makasih banyak isting :3
    di cerita ini khansa suka sekali dengan pemunculan azura :D #loncat2girang

    BalasHapus